Dombastis, Membalik Tantangan Jadi Peluang Kisah inspiratif alumnus Gontor sukses berdomba

  Desa Trayang, Nganjuk – Pesantren Alfukaat hadir dengan pendekatan yang berbeda dari pesantren pada umumnya. Tak hanya fokus pada pendidikan agama, pesantren ini mengusung misi besar: mencetak santri wirausahawan, khususnya dalam bidang agrobisnis dan peternakan berkelanjutan.

Menurut pengasuh pesantren, Kamal Mushthofa, nama “Alfukaat” bukan sekadar label, melainkan mencerminkan visi untuk membangun kemandirian ekonomi umat.

“Kami fokus pada pembekalan santri menyerap ilmu wirausaha,” ujarnya.

Dari Bibit Alpukat hingga Tantangan Kohe Domba

Berlokasi di Desa Trayang, Ngronggot, Jawa Timur, pesantren ini berada di bawah naungan Yayasan Insan Kamil, tepat di sisi timur Sungai Brantas, berbatasan dengan Kabupaten Kediri. Hamparan hijau bibit alpukat menjadi pemandangan utama yang mendukung suasana belajar santri.

Namun, kegiatan wirausaha santri tidak berhenti pada budidaya. Proses pembelajaran dilakukan dari hulu ke hilir: mulai dari pemilihan biji, penyemaian, perawatan, penyambungan pucuk, hingga pembesaran bibit alpukat. Kemudian, santri diajarkan menjualnya secara online maupun offline.

Untuk mendukung pertumbuhan bibit, media tanam berkualitas menjadi kunci. Salah satu komponen pentingnya adalah kohe domba (kotoran hewan). Awalnya, kebutuhan kohe bisa dipenuhi dari peternak sekitar. Namun, permintaan terus meningkat hingga pasokan kohe menjadi krisis.


Solusi Berani: Lahirnya Program Peternakan Domba DOMBASTIS

Melihat tantangan ini, pihak pesantren menggelar rapat konsolidasi dan memutuskan untuk mendirikan unit peternakan domba. Mereka menunjuk Neubula Abror, alumnus Gontor sekaligus pecinta alam, sebagai penanggung jawab utama.

Dengan semangat tinggi, Abror langsung membangun kandang dan membeli 50 ekor domba betina siap kawin. Targetnya jelas: memastikan pasokan kohe selalu tersedia dan menciptakan peluang bisnis baru yang berkelanjutan.

DOMBASTIS: Dari Kebutuhan Menjadi Inovasi Ekonomi

Seiring berjalannya waktu, DOMBASTIS tidak hanya menjadi penyedia kohe, tapi juga berkembang sebagai unit usaha peternakan profesional. Kini, DOMBASTIS telah memiliki dua kandang besar dengan kapasitas masing-masing 300 ekor domba.

Pakan menjadi tantangan berikutnya. Karena harga pakan dari luar terlalu mahal, DOMBASTIS memutuskan untuk memproduksi pakan sendiri. Mereka menggunakan bahan lokal dari sisa hasil pertanian seperti jagung, kedelai, kopi, dan kangkung.

DOMBASTIS membuat dua jenis formula pakan:

  • Breeding (untuk indukan)

  • Fattening (untuk penggemukan)

Setiap formula disesuaikan dengan standar nutrisi yang ketat agar domba tetap sehat dan tumbuh optimal.

“Pakan yang baik adalah pakan yang bukan limbah,” tegas Abror.

  Itulah sekilas kisah Neubula Abror ber-Dombastis. Ini sebagai bukti nyata bahwa keseriusan, ketekunan dan semangat mandiri bisa membuahkan hasil optimal. Dari Gontor membangun desa. Dombastis tumbuh menjadi pelopor inovasi peternakan berkelanjutan yang menginspirasi.

Baca Juga!